Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Momen Kapolri dan Panglima TNI Nyanyikan “Rumah Kita” di Hadapan Presiden Prabowo



Framing NewsTV, Bogor – Suasana sakral perjamuan kenegaraan berubah menjadi momen penuh kehangatan dan keakraban saat lagu legendaris “Rumah Kita” mengalun di ruang makan Universitas Pertahanan Republik Indonesia (Unhan RI), Rabu malam (11/6/2025). 

Dalam suasana santai usai peresmian Kampus Bhinneka Tunggal Ika, dua sosok penting di tubuh pertahanan dan keamanan Indonesia memberikan kejutan tak terduga: Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto berduet menyanyikan lagu milik band legendaris God Bless tersebut.

Tanpa persiapan resmi, tanpa naskah atau undangan khusus, keduanya berdiri dan menyanyikan lagu secara spontan. Tapi justru di situlah letak kekuatan momennya: suasana formal berubah menjadi hangat dan akrab, mencerminkan semangat kebersamaan dalam sebuah "rumah besar" bernama Indonesia.

Dari Panggung Formal ke Panggung Kebersamaan
Perjamuan makan malam yang semula berlangsung dalam suasana formal usai peresmian kampus baru Unhan RI, berubah menjadi ajang ekspresi emosional dan nasionalisme. Para tamu undangan dari dalam dan luar negeri, civitas akademika, mahasiswa, hingga pejabat tinggi negara—termasuk Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto—menyaksikan langsung duet langka tersebut.

“Rumah Kita” bukanlah lagu sembarangan. Lagu ini punya sejarah panjang dalam merangkul semangat persatuan dan identitas kebangsaan. Ketika Kapolri dan Panglima TNI melantunkan bait-bait seperti “Tak perlu lagi kita melangkah, kaki lelah menempuh dunia”, ruangan seolah larut dalam kontemplasi bersama. Lagu itu bukan sekadar penutup acara, tapi menjadi simbol kuat tentang makna rumah, persaudaraan, dan solidaritas nasional.

Nama Mereka Menyatu, Pengabdian Mereka Satu Arah
Momen ini menjadi lebih menarik karena dua tokoh utama yang tampil, Kapolri Listyo Sigit Prabowo dan Panglima TNI Agus Subiyanto, memiliki kemiripan nama dengan sang Presiden, Prabowo Subianto. Dalam berbagai kesempatan, Prabowo kerap menyebut ini sebagai “kebetulan menarik”, namun penuh makna. Nama mereka menyatu di panggung kepemimpinan nasional, menyuarakan satu arah: pengabdian penuh untuk Indonesia.

Simbolisme ini tak berhenti di tataran bahasa. Secara nyata, kolaborasi antara TNI dan Polri, di bawah komando Prabowo sebagai kepala negara dan kepala pertahanan, kini memperlihatkan sinergi yang semakin kuat. Penampilan duet tadi malam adalah gambaran visual dari sinergi itu: berbeda suara, tetapi satu irama; berbeda latar, tetapi satu tujuan.

Unhan RI: Lebih dari Sekadar Institusi Militer
Universitas Pertahanan Republik Indonesia (Unhan RI) telah lama dikenal sebagai pusat unggulan pendidikan militer dan strategis di Tanah Air. Namun di bawah pemerintahan Prabowo Subianto, Unhan kini menjelma menjadi lebih dari sekadar institusi militer. Ia menjadi rumah yang mencetak pemimpin-pemimpin masa depan—baik dari latar militer, sipil, maupun internasional—dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika.

Peresmian Kampus Bhinneka Tunggal Ika pun menjadi simbol dari semangat tersebut. Di kampus ini, mahasiswa dari berbagai provinsi, suku, bahkan dari negara sahabat, berkumpul untuk belajar, berdiskusi, dan membangun masa depan pertahanan Indonesia dengan cara yang inklusif, humanis, dan berwawasan global.

“Rumah Kita” sebagai Pesan Pertahanan Humanis
Kehadiran lagu “Rumah Kita” di acara resmi pertahanan menunjukkan sebuah pesan kuat: pertahanan negara bukan hanya soal senjata dan strategi, tetapi juga tentang melindungi nilai-nilai kemanusiaan, budaya, dan keutuhan bangsa.

Di hadapan mahasiswa dan tamu undangan, nyanyian itu menyampaikan bahwa Indonesia bukan sekadar wilayah geografi, tetapi rumah bersama yang harus dirawat dan dijaga. Di sinilah letak makna terdalam dari visi Prabowo dalam membangun pertahanan nasional—bukan hanya untuk menang perang, tapi juga untuk menciptakan perdamaian abadi di dalam negeri dan di panggung global.

Harmoni di Tengah Ancaman
Dalam dunia yang semakin kompleks, dengan konflik geopolitik dan ketegangan regional yang meningkat, momen seperti ini memiliki nilai strategis tersendiri. Indonesia, melalui kekuatan lunak seperti diplomasi budaya dan keharmonisan dalam institusi negara, dapat memperkuat stabilitas nasional dari dalam.

Unhan RI malam itu memberikan contoh nyata bahwa ketahanan bangsa tidak selalu dibangun dari pangkalan militer atau peluncuran senjata baru, tetapi juga dari pertemuan hangat, rasa saling menghormati, dan kesediaan untuk menyanyi bersama di satu meja.

Ketika ruang makan Unhan RI dipenuhi suara dari “Rumah Kita”, bukan hanya nada yang terdengar, tetapi juga pesan yang menggetarkan hati: bahwa di tengah keberagaman, kita semua ingin kembali ke satu tempat yang disebut rumah. Dan rumah itu bernama Indonesia. (fntv)