Niat Baik Dosen Cegah Rektor UHO Turun ke Massa, Bodyguard Muncul Bikin Ricuh
Framing NewsTV, Kendari – Unjuk rasa damai ratusan mahasiswa Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, Sulawesi Tenggara, yang digelar pada Kamis (10/7/2025) berubah menjadi kericuhan. Mahasiswa yang tergabung dalam Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) UHO memprotes perpanjangan masa jabatan Prof. Muhammad Zamrun Firihu sebagai Rektor, buntut dari polemik Pemilihan Rektor yang digelar pada 16 Juni 2025 lalu yang diwarnai dengan cawe-cawe rektor dan berbagai pelanggaran serius lainnya.
Aksi yang awalnya berlangsung damai di depan Gedung Rektorat mendadak memanas saat Prof. Zamrun secara mengejutkan muncul dan mencoba mendekati massa aksi. Namun, kehadiran rektor justru memicu kemarahan mahasiswa yang menudingnya ikut campur dalam Pilrek dan berupaya menghentikan aspirasi mereka.
Seorang saksi mata yang berada di lokasi, berinisial A, menyebutkan bahwa Rektor Prof. Zamrun terlihat berjalan mendekati kerumunan mahasiswa sambil menghampiri kendaraan sound system yang digunakan untuk orasi. Tujuannya diduga untuk menghentikan aksi yang sedang berlangsung.
Namun, dalam momen tersebut, seorang dosen yang kebetulan berada di sekitar Gedung Rektorat mencoba menghampiri dan memberi masukan kepada Prof. Zamrun. Sang dosen diduga khawatir kondisi akan semakin memanas dan berisiko membahayakan keselamatan Rektor jika ia menghadapi massa secara langsung.
Niat baik sang dosen untuk meredam situasi justru memicu ketegangan baru. Terjadi dorong-dorongan antara Rektor dan dosen tersebut. Namun yang paling mencolok perhatian adalah kemunculan tiba-tiba seorang pria berbaju kemeja putih yang langsung menghalau sang dosen. Diduga, pria itu adalah bodyguard pribadi Prof. Zamrun.
Kehadiran pria tak dikenal ini justru menyulut emosi mahasiswa. Mereka sontak menyerang pria tersebut karena dianggap memprovokasi situasi. Ketegangan mereda setelah aparat kampus turun tangan dan mengamankan lokasi.
Dalam kondisi tersebut, menurut saksi mata menyebutkan bahwa dalam kondisi berlangsungnya aksi mahasiswa sebaiknya Rektor Prof Zamrun tidak melakukan upaya menghentikan demonstrasi secara langsung, tetapi bisa meminta kepada pejabat rektorat seperti Wakil Rektor III bagian kemahasiswaan, humas dan atau pengamanan untuk meminta perwakilan mahasiswa menemui dan berdialog dgn Rektor Prof Zamrun di ruangan rapat gedung Rektorat.
Setelah insiden tersebut, Rektor Prof. Zamrun segera diamankan ke dalam mobil dinasnya dan meninggalkan lokasi. Pengamanan kampus juga meminta massa untuk menjauh dari area Gedung Rektorat demi menghindari bentrokan lanjutan.
Menariknya, beredar kabar di kalangan mahasiswa bahwa pria bertubuh kekar yang diduga menjadi bodyguard Rektor bukanlah pegawai kampus. Ia disebut-sebut sebagai relasi lama Prof. Zamrun, bahkan ada yang menduga bahwa pria tersebut pernah dikenal sebagai “jagoan kampung” di era 90-an.
Koordinator aksi, Ferlin Muhammad Nur, menyampaikan bahwa pihaknya menolak keras perpanjangan masa jabatan Prof. Zamrun. Menurutnya, kebijakan itu mencederai integritas dan demokrasi kampus. Ia meminta Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) untuk segera mencabut keputusan tersebut.
"Seharusnya UHO dipimpin oleh figur yang netral dan kredibel. Perpanjangan jabatan ini jelas-jelas menunjukkan bahwa ada praktik politik kampus yang tidak sehat," tegas Ferlin.
Ia juga mendesak pembentukan tim investigasi independen nasional untuk mengusut dugaan keterlibatan Prof. Zamrun dalam mempengaruhi hasil Pilrek UHO pada 16 Juni 2025 lalu.
Meski aksi diakhiri secara damai, para mahasiswa menyatakan tidak akan berhenti sampai tuntutan mereka dikabulkan. Mereka berjanji akan menggelar aksi lanjutan dalam skala yang lebih besar jika Mendiktisaintek tidak merespons tuntutan mereka.
"Kami akan terus kawal proses ini. UHO harus diselamatkan dari kepemimpinan yang mencederai nilai-nilai akademik," kata Ferlin di akhir orasi.
Insiden di UHO mencerminkan krisis kepercayaan yang makin menguat di kalangan civitas akademika terhadap sistem kepemimpinan kampus. Jika benar ada intervensi, intimidasi, dan penggunaan orang luar dalam menghadapi mahasiswa, maka ini menjadi preseden buruk bagi dunia pendidikan tinggi.
Rektor sebagai simbol akademik seharusnya menjadi teladan dalam merespons aspirasi mahasiswa, bukan malah berpotensi memicu konflik fisik.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari pihak rektorat mengenai identitas pria misterius yang menghalau dosen dan apakah benar ia memiliki hubungan khusus dengan Rektor Zamrun.***)