Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Erupsi Gunung Semeru: Status Awas, Gladak Perak Ditutup, Ratusan Warga Mengungsi dan Lumajang Tetapkan Tanggap Darurat



Jakarta, Framing NewsTV - Gunung Semeru kembali menunjukkan aktivitas vulkanik tinggi setelah meletus pada Rabu (19/11/2025) sore, mengeluarkan kolom abu setinggi lebih kurang 2.000 meter di atas puncak. Meski pada Kamis pagi awan panas guguran sudah tidak muncul lagi, status gunung tertinggi di Pulau Jawa itu tetap berada di Level IV atau Awas, menandakan potensi bahaya masih tinggi. Pemerintah Kabupaten Lumajang pun menetapkan status tanggap darurat selama sepekan, mengingat dampak erupsi yang memutus akses, merusak permukiman, dan memaksa ratusan warga mengungsi.

Di wilayah paling terdampak seperti Kecamatan Pronojiwo dan Candipuro, hujan abu, material vulkanik, dan luncuran lava membuat akses transportasi terganggu. Jembatan Gladak Perak, jalur utama yang menghubungkan Kabupaten Malang dan Lumajang, hingga Kamis (20/11/2025) masih ditutup total. Kondisinya licin dan dipenuhi material longsoran, sehingga dianggap tidak aman dilewati. Meski begitu, sejumlah warga nekat melintas dengan alasan kebutuhan mendesak, memicu kekhawatiran pemerintah setempat akan potensi kecelakaan.

Kepala Desa Pronojiwo, Murdiono, mengonfirmasi bahwa perbaikan dan pembersihan di jembatan tersebut masih berlangsung. “Untuk hari ini, jembatan secara resmi masih ditutup. Material vulkanik bercampur air hujan membuat jalur sangat licin dan berbahaya,” ujarnya. Pemerintah desa terus mengimbau warga untuk tidak melintas sebelum jalur benar-benar aman.

Sementara itu, aktivitas vulkanik Semeru pada Kamis dini hari masih terpantau tinggi. Berdasarkan pemantauan PVMBG periode 00.00–06.00 WIB, tercatat 25 kali letusan, 32 gempa guguran, 1 embusan, dan 1 gempa tektonik jauh. Meski awan panas guguran sudah berhenti, potensi letusan susulan masih ada. Kepala PVMBG, Hadi Wijaya, menegaskan bahwa masyarakat harus mematuhi seluruh rekomendasi keselamatan. “Masyarakat tidak boleh beraktivitas sepanjang Besuk Kobokan sejauh 20 kilometer dari puncak. Radius 8 kilometer dari puncak juga wajib dikosongkan karena rawan lontaran batu pijar,” tegasnya.

Hadi juga mengingatkan bahwa selain potensi awan panas, ancaman lahar dingin sangat mungkin terjadi, terutama karena intensitas hujan di wilayah Lumajang sedang tinggi. Sungai-sungai seperti Besuk Bang, Besuk Sat, Besuk Kembar, dan Besuk Kobokan menjadi alur utama aliran lahar yang harus diwaspadai. Pada erupsi Semeru tahun-tahun sebelumnya—termasuk kejadian besar pada 2021—banyak korban terperangkap oleh aliran lahar yang tiba-tiba meluap.

Di lapangan, sejumlah warga mulai kembali ke rumah mereka pada Kamis dini hari untuk menyelamatkan barang berharga. Salah satunya adalah Muhammad Kholil (50), warga Dusun Sumbersari, Desa Supiturang. Rumahnya rusak parah akibat terlanda material guguran. Dengan berjalan kaki karena jalan tertutup material vulkanik, ia kembali untuk mengevakuasi burung peliharaan. “Sirene bahaya terdengar pukul 15.30. Kami langsung mengungsi. Paginya saya kembali melihat kondisi rumah,” ujarnya. Banyak warga lain di Sumbersari melakukan hal serupa.

Data sementara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan bahwa 300 warga mengungsi ke berbagai lokasi, termasuk Posko Pengungsian Balai Desa Oro-oro Ombo dan SD 2 Supiturang. Pemerintah Kabupaten Lumajang juga membuka dapur umum dan posko tambahan di Balai Desa Penanggal. Bupati Lumajang, Indah Amperawati, menegaskan bahwa fokus saat ini adalah penanganan pengungsi dan pendataan kerusakan infrastruktur. “Awan panas memang sudah berhenti sejak malam, tetapi warga tetap harus waspada. Kami sedang mendata kerusakan yang belum sempat dilakukan karena kondisi gelap semalam,” tuturnya.

Gunung Semeru sendiri dikenal sebagai gunung api tipe stratovolcano yang sangat aktif. Dengan ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut, Semeru telah mengalami ratusan letusan dalam beberapa dekade terakhir. Sejarah mencatat bahwa Semeru tidak hanya mengeluarkan letusan dari puncak, tetapi juga memiliki jalur letusan samping seperti pada tahun 1941. Oleh karena itu, kawasan di sekitarnya dibagi menjadi tiga Kawasan Rawan Bencana (KRB):
  • KRB III: Rawan awan panas, lava, lontaran batu pijar, dan gas beracun (area puncak dan lereng atas).
  • KRB II: Rawan aliran lava, hujan abu, dan lumpur panas di sekitar sungai seperti Kali Manjing, Sumbersari, Besuk Sat, dan Besuk Kobokan.
  • KRB I: Rawan banjir lahar di daerah bantaran sungai yang berhulu di puncak.
Dengan melihat kondisi Semeru yang masih dinamis, pemerintah mengimbau warga tetap siaga dan tidak melakukan aktivitas dekat aliran sungai atau lembah yang dapat menjadi jalur lahar. Petugas gabungan dari BPBD, TNI, Polri, relawan, dan SAR kini telah disiagakan di berbagai titik.

Pemkab Lumajang berharap masyarakat tetap tenang namun waspada hingga masa tanggap darurat berakhir pada 26 November 2025. Pemerintah pusat melalui BNPB juga telah mempersiapkan dukungan logistik tambahan jika dibutuhkan.

Hingga berita ini diturunkan, tim pemantau masih mencatat aktivitas vulkanik Semeru secara intensif. Masyarakat diharapkan mengikuti informasi resmi dari PVMBG, BNPB, dan pemerintah daerah untuk menghindari informasi hoaks yang dapat memicu kepanikan. (fntv)

Posting Komentar untuk "Erupsi Gunung Semeru: Status Awas, Gladak Perak Ditutup, Ratusan Warga Mengungsi dan Lumajang Tetapkan Tanggap Darurat"