Jejak Soekarno di Mesir Kembali Terulang: Prabowo Subianto Hadiri KTT Perdamaian Gaza di Sharm El-Sheikh
Kairo, Mesir, Framing NewsTV - Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto melakukan kunjungan kenegaraan ke Mesir pada Senin, 13 Oktober 2025. Kunjungan ini menjadi sorotan dunia karena Prabowo hadir dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perdamaian Sharm El-Sheikh, yang membahas upaya penghentian perang dan rencana perdamaian jangka panjang untuk wilayah Gaza.
KTT tersebut mempertemukan sejumlah pemimpin dunia dan perwakilan negara-negara besar untuk mencari solusi damai atas konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina. Prabowo membawa misi besar: mendorong gencatan senjata permanen dan memastikan akses bantuan kemanusiaan ke Gaza tetap terbuka.
Namun, kehadiran Presiden Prabowo di Mesir kali ini juga mengingatkan publik pada jejak sejarah diplomasi besar Indonesia di masa lampau, khususnya kunjungan Presiden Soekarno ke Mesir yang mengguncang dunia Arab pada pertengahan abad ke-20.
Soekarno, Jejak Diplomasi Abadi di Tanah Firaun
Pada 20 Juli 1955, Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno, melakukan kunjungan kenegaraan bersejarah ke Mesir. Kunjungan ini merupakan undangan resmi dari Perdana Menteri Mesir Gamal Abdel Nasser, sebagai bentuk penghargaan atas kepemimpinan Soekarno dalam Konferensi Asia-Afrika (KAA) Bandung 1955, yang menyerukan solidaritas negara-negara yang baru merdeka.
Pada 20 Juli 1955, Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno, melakukan kunjungan kenegaraan bersejarah ke Mesir. Kunjungan ini merupakan undangan resmi dari Perdana Menteri Mesir Gamal Abdel Nasser, sebagai bentuk penghargaan atas kepemimpinan Soekarno dalam Konferensi Asia-Afrika (KAA) Bandung 1955, yang menyerukan solidaritas negara-negara yang baru merdeka.
Menurut koran Locomotief (3 Mei 1955), tujuan utama kunjungan tersebut adalah memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dan Mesir serta mempererat solidaritas antarnegara Asia dan Afrika yang baru lepas dari kolonialisme.
Sambutan Luar Biasa Rakyat Mesir untuk Bung Karno
Kedatangan Soekarno disambut dengan penghormatan yang luar biasa. Berdasarkan laporan koran Java Bode (20 Juli 1955), pesawat kepresidenan Indonesia dijemput oleh satu skuadron jet tempur Angkatan Udara Mesir sejak melintasi perbatasan udara hingga mendarat di Bandara Internasional Kairo.
Kedatangan Soekarno disambut dengan penghormatan yang luar biasa. Berdasarkan laporan koran Java Bode (20 Juli 1955), pesawat kepresidenan Indonesia dijemput oleh satu skuadron jet tempur Angkatan Udara Mesir sejak melintasi perbatasan udara hingga mendarat di Bandara Internasional Kairo.
Setibanya di sana, Soekarno langsung disambut hangat oleh PM Nasser dan disertai upacara kenegaraan megah. "Setelahnya Presiden Soekarno mengenakan seragam militer memeriksa barisan kehormatan. Setelah itu lagu Indonesia Raya dikumandangkan," tulis media tersebut.
Selanjutnya, Soekarno dan Nasser menaiki mobil Cadillac hitam beratap terbuka menuju istana kepresidenan. Sepanjang perjalanan sejauh 25 kilometer, ratusan ribu warga Mesir berdiri di kiri-kanan jalan, melambai, dan meneriakkan nama Soekarno.
Menurut Java Bode (21 Juli 1955), lebih dari 100 ribu warga Mesir meneriakkan “Hidup Soekarno!” sambil mengibarkan bendera merah putih dan membawa potret sang Proklamator. Iring-iringan tersebut membuat perjalanan yang biasanya hanya setengah jam menjadi satu setengah jam lamanya.
Dihormati Sebagai Pejuang Anti-Kolonialisme
Selama di Mesir, Soekarno menerima penghargaan tertinggi dari pemerintah Mesir, yakni Grand Cordon of the Nile. Penghargaan itu diberikan atas kontribusinya dalam perjuangan menentang kolonialisme serta perannya dalam memperkuat solidaritas dunia ketiga.
Selama di Mesir, Soekarno menerima penghargaan tertinggi dari pemerintah Mesir, yakni Grand Cordon of the Nile. Penghargaan itu diberikan atas kontribusinya dalam perjuangan menentang kolonialisme serta perannya dalam memperkuat solidaritas dunia ketiga.
Koran Algemeen Indisch Dagblad: De Preangerbode (1 Agustus 1955) menulis, Soekarno dianggap sebagai simbol perlawanan terhadap neokolonialisme dan penindasan bangsa-bangsa kecil oleh kekuatan besar dunia. “Pemimpin Indonesia tersebut menggaungkan sentimen revolusioner untuk kebebasan dari kolonialisme dan penegakan keadilan sosial bagi rakyat Mesir,” tulisnya.
Bung Karno juga sempat berkunjung ke Piramida Giza, ditemani PM Nasser. Momen itu memperlihatkan hubungan personal yang hangat antara kedua tokoh besar tersebut.
Warisan Politik dan Solidaritas Asia-Afrika
Kunjungan Soekarno ke Mesir turut memperkuat fondasi politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif. Sejak saat itu, hubungan diplomatik Indonesia–Mesir semakin erat. Bahkan, Mesir menjadi negara pertama di dunia yang mengakui kemerdekaan Indonesia secara resmi pada tahun 1947.
Kunjungan Soekarno ke Mesir turut memperkuat fondasi politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif. Sejak saat itu, hubungan diplomatik Indonesia–Mesir semakin erat. Bahkan, Mesir menjadi negara pertama di dunia yang mengakui kemerdekaan Indonesia secara resmi pada tahun 1947.
Hubungan erat itu terus berlanjut hingga kini. Salah satu simbolnya adalah penamaan Jl. Ahmed Sukarno di Kairo sebagai bentuk penghormatan rakyat Mesir terhadap sang Proklamator.
Kebijakan politik luar negeri Soekarno yang anti-kolonialisme juga memengaruhi arah politik Mesir di bawah kepemimpinan Nasser. Menurut Algemeen Indisch Dagblad, Mesir mulai menjauh dari pengaruh Barat dan beralih ke gerakan negara-negara nonblok yang dipelopori oleh Soekarno bersama Tito dan Nehru.
Prabowo Subianto dan Diplomasi Kontemporer Indonesia
Kini, tujuh dekade kemudian, semangat diplomasi itu kembali dihidupkan oleh Presiden Prabowo Subianto. Dalam kunjungannya ke KTT Perdamaian Sharm El-Sheikh, Prabowo membawa misi kemanusiaan dan perdamaian yang sejalan dengan prinsip yang dulu ditegakkan Soekarno: politik luar negeri bebas aktif dan penegakan keadilan global.
Kini, tujuh dekade kemudian, semangat diplomasi itu kembali dihidupkan oleh Presiden Prabowo Subianto. Dalam kunjungannya ke KTT Perdamaian Sharm El-Sheikh, Prabowo membawa misi kemanusiaan dan perdamaian yang sejalan dengan prinsip yang dulu ditegakkan Soekarno: politik luar negeri bebas aktif dan penegakan keadilan global.
Prabowo menekankan pentingnya gencatan senjata permanen di Gaza, perlindungan bagi warga sipil, serta pembukaan jalur bantuan kemanusiaan tanpa hambatan. Indonesia, kata Prabowo, selalu berada di garis depan dalam mendukung kemerdekaan Palestina dan menolak segala bentuk agresi terhadap rakyatnya.
Kunjungan ini bukan sekadar diplomasi formal, tetapi juga refleksi dari warisan sejarah panjang hubungan Indonesia–Mesir yang dibangun dengan dasar solidaritas dan perjuangan bersama untuk perdamaian dunia.
Simbol Konsistensi Diplomasi Indonesia
Kedatangan Prabowo ke Mesir disambut positif oleh media setempat yang menyoroti kontinuitas hubungan hangat antara kedua negara. Banyak pengamat menilai, langkah Prabowo ini memperkuat posisi Indonesia sebagai juru damai di kawasan Timur Tengah — sebagaimana dulu Soekarno menjadi inspirasi bangsa-bangsa Asia dan Afrika.
Kedatangan Prabowo ke Mesir disambut positif oleh media setempat yang menyoroti kontinuitas hubungan hangat antara kedua negara. Banyak pengamat menilai, langkah Prabowo ini memperkuat posisi Indonesia sebagai juru damai di kawasan Timur Tengah — sebagaimana dulu Soekarno menjadi inspirasi bangsa-bangsa Asia dan Afrika.
Dalam konteks global yang sarat ketegangan, diplomasi Prabowo menjadi simbol bahwa Indonesia tetap konsisten dengan prinsip “bebas aktif”, memperjuangkan keadilan, dan menjunjung tinggi kemanusiaan.
Sejarah mencatat, dari Soekarno hingga Prabowo, Mesir selalu menjadi saksi peran besar Indonesia dalam diplomasi dunia. Sebuah perjalanan panjang yang menunjukkan bahwa semangat solidaritas dan perdamaian lintas bangsa tidak pernah padam. (fntv)
Posting Komentar untuk "Jejak Soekarno di Mesir Kembali Terulang: Prabowo Subianto Hadiri KTT Perdamaian Gaza di Sharm El-Sheikh"