Perundingan Israel-Hamas di Mesir: Panglima Militer Ancam Serangan ke Gaza Jika Negosiasi Gagal
Jakarta, Framing NewsTV - Deru ketegangan di kawasan Timur Tengah kembali meningkat. Israel dan Hamas kini tengah melakukan perundingan intensif di Mesir dalam upaya menghentikan perang yang telah berlangsung hampir dua tahun di Jalur Gaza. Namun, di tengah harapan akan perdamaian, peringatan keras datang dari pihak Israel. Panglima militer Israel, Letnan Jenderal Eyal Zamir, menegaskan bahwa jika negosiasi untuk pembebasan sandera gagal mencapai kesepakatan, militer akan melanjutkan serangan besar-besaran ke wilayah Gaza.
Dalam pernyataan yang dikutip oleh kantor berita AFP, Zamir menyampaikan pesannya langsung kepada para pasukan yang ditempatkan di Gaza. “Tidak ada gencatan senjata (saat ini), tetapi situasi operasional telah berubah. Tingkat politik kini berupaya mengubah hasil dari operasi militer menjadi keuntungan politik,” ujarnya tegas, Minggu (5/10/2025). Ia menambahkan, “Jika upaya politik gagal, kami akan kembali bertempur.” Pesan ini sekaligus menjadi sinyal bahwa meskipun ada ruang diplomasi, Israel masih menyiapkan opsi militer sebagai jalan terakhir.
Sementara itu, dari pihak Hamas, nada yang disampaikan cenderung lebih moderat. Seorang pejabat senior Hamas menyatakan bahwa pihaknya berkeinginan kuat untuk mencapai kesepakatan damai sekaligus mempercepat proses pertukaran tahanan dengan Israel. “Hamas sangat ingin mencapai kesepakatan untuk mengakhiri perang dan segera memulai proses pertukaran tahanan sesuai kondisi lapangan,” ujarnya seperti dikutip AFP.
Menurut laporan, negosiasi ini dimediasi oleh Mesir dan disokong oleh beberapa negara Arab, termasuk Qatar, yang berperan penting dalam menekan kedua belah pihak agar mencapai kesepakatan. Para negosiator dari Hamas dikabarkan telah berangkat dari Doha dan tiba di Kairo pada Minggu sebelum melanjutkan perjalanan ke Sharm el-Sheikh untuk mengikuti perundingan tertutup. Seorang sumber Palestina yang dekat dengan Hamas mengatakan kepada AFP bahwa kedua delegasi akan berada di gedung yang sama, tetapi seluruh proses negosiasi dilakukan jauh dari sorotan media untuk menjaga kerahasiaan dan fokus pembahasan.
Isu utama dalam perundingan ini adalah mekanisme pembebasan sandera dan jadwal penghentian operasi militer. Hamas dilaporkan telah menyetujui kerangka rencana perdamaian yang sebelumnya diusulkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang mencakup penghentian tembakan bertahap dan pembukaan akses kemanusiaan di Gaza. Namun, dari pihak Israel, masih ada keraguan mengenai kesungguhan Hamas untuk melaksanakan butir-butir kesepakatan tersebut.
Zamir sendiri menegaskan bahwa Israel tidak akan memberikan kelonggaran keamanan sebelum seluruh sandera dibebaskan tanpa syarat. “Kami tidak bisa berhenti sampai seluruh warga kami kembali dengan selamat. Jika Hamas menolak, kami akan memastikan mereka membayar mahal atas setiap tindakan mereka,” tegasnya.
Sementara itu, Hamas juga menuding Israel sengaja memperlambat proses kesepakatan untuk mendapatkan keuntungan politik di dalam negeri. “Pendudukan tidak boleh menghalangi implementasi rencana perdamaian. Jika pendudukan (Israel) memiliki niat tulus, Hamas siap menyepakati solusi damai,” ujar pejabat Hamas yang tak ingin disebutkan namanya.
Menurut sumber diplomatik di Kairo, pembahasan utama dalam pertemuan ini mencakup tiga hal penting: penarikan pasukan Israel dari beberapa titik di Gaza, pembebasan sandera secara bertahap, serta pengaturan kembali distribusi bantuan kemanusiaan. Namun, isu gencatan senjata total masih menjadi batu sandungan karena Israel menolak memberikan jaminan sebelum memastikan Hamas melucuti seluruh senjatanya.
Sementara di lapangan, kondisi Gaza masih memprihatinkan. Infrastruktur rusak parah, akses listrik dan air bersih terbatas, serta ribuan warga sipil masih tinggal di kamp-kamp pengungsian. Organisasi kemanusiaan internasional terus menyerukan penghentian kekerasan demi memungkinkan distribusi bantuan yang lebih luas. PBB bahkan mengingatkan bahwa krisis di Gaza kini telah mencapai titik kritis dan dapat menimbulkan dampak kemanusiaan yang jauh lebih buruk jika perundingan gagal.
Ketegangan diplomatik ini juga mendapat perhatian dunia internasional. Amerika Serikat dan Uni Eropa disebut terus menekan kedua pihak agar menahan diri. Washington melalui pernyataan Gedung Putih menegaskan bahwa “tidak ada solusi militer yang bisa membawa kedamaian permanen di Gaza,” sementara Uni Eropa menyerukan agar “kedua pihak menempatkan kepentingan kemanusiaan di atas kepentingan politik.”
Namun demikian, ancaman perang yang disampaikan oleh panglima militer Israel menambah bayang-bayang suram atas masa depan Gaza. Banyak pengamat menilai, jika perundingan di Mesir gagal, maka kemungkinan besar akan terjadi eskalasi baru yang bahkan lebih mematikan dari sebelumnya. Situasi ini membuat komunitas internasional semakin khawatir akan stabilitas kawasan Timur Tengah yang sudah lama dilanda konflik berkepanjangan.
Harapan kini bergantung pada hasil negosiasi di Kairo. Jika kesepakatan bisa dicapai, maka dunia akan menyaksikan awal dari proses panjang menuju rekonsiliasi dan pemulihan Gaza. Namun jika tidak, perang dan penderitaan rakyat sipil kemungkinan besar akan terus berlanjut tanpa kepastian kapan berakhir. (fntv)
Posting Komentar untuk "Perundingan Israel-Hamas di Mesir: Panglima Militer Ancam Serangan ke Gaza Jika Negosiasi Gagal"