Greta Thunberg Disiksa Tentara Israel Setelah Armada Global Sumud Flotilla Dibajak: Dunia Internasional Mengecam Keras
Jakarta, Framing NewsTV - Suasana dunia internasional kembali memanas setelah kabar mengejutkan datang dari Timur Tengah. Aktivis lingkungan asal Swedia, Greta Thunberg, dilaporkan mengalami penyiksaan oleh tentara Israel setelah armada kemanusiaan Global Sumud Flotilla (GSF) dibajak di perairan menuju Jalur Gaza, Palestina. Kejadian itu memicu kecaman keras dari berbagai pihak dan menambah sorotan terhadap praktik pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh pasukan Zionis.
Armada Global Sumud Flotilla diketahui berangkat membawa ratusan aktivis, jurnalis, dan politisi dari berbagai negara dengan tujuan menyalurkan bantuan kemanusiaan bagi warga Gaza yang terisolasi akibat blokade berkepanjangan Israel. Namun, perjalanan damai itu berubah menjadi mimpi buruk ketika sekitar 40 kapal flotilla dicegat oleh angkatan laut Israel di Laut Mediterania. Seluruh penumpang ditahan, termasuk Thunberg, sebelum akhirnya sebagian dideportasi.
Menurut laporan Anadolu Agency dan Al Jazeera, para aktivis yang dideportasi dari Israel menuduh pasukan Zionis memperlakukan mereka dengan brutal. Salah satu saksi mata, jurnalis asal Turki Ersin Celik, menuturkan bahwa ia menyaksikan langsung bagaimana tentara Israel “menyiksa Greta Thunberg.” Ia menggambarkan dengan emosional bagaimana Thunberg “diseret di tanah” dan bahkan “dipaksa mencium bendera Israel.” Kesaksian ini menimbulkan gelombang kemarahan publik global yang menuntut penyelidikan independen atas perlakuan Israel terhadap para aktivis kemanusiaan.
Celik bukan satu-satunya yang memberikan kesaksian. Aktivis Malaysia Hazwani Helmi dan warga Amerika Serikat Windfield Beaver, yang juga berada di kapal GSF, memberikan keterangan serupa sesampainya di Bandara Istanbul. Mereka menceritakan bagaimana Thunberg didorong dengan kasar dan dipamerkan sambil dibungkus bendera Israel. “Itu bencana. Mereka memperlakukan kami seperti binatang,” ujar Hazwani. Ia juga menambahkan bahwa para tahanan tidak diberi makanan, air bersih, maupun obat-obatan selama penahanan.
Windfield Beaver menuturkan bahwa Thunberg “diperlakukan sangat buruk” dan bahkan dijadikan alat propaganda oleh pemerintah Israel. Ia mengaku menyaksikan langsung bagaimana Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel, Itamar Ben-Gvir, datang ke ruang tahanan di mana Thunberg dipaksa berdiri di bawah pengawasan tentara bersenjata. “Dia dipamerkan seperti trofi perang,” ujarnya getir.
Kesaksian senada datang dari jurnalis Italia Lorenzo Agostino, yang menyebut Thunberg sebagai “perempuan muda pemberani yang dipermalukan di depan umum.” Dalam wawancaranya dengan Anadolu, Agostino mengatakan, “Greta Thunberg, baru berusia 22 tahun, dililit dengan bendera Israel dan dipertontonkan layaknya sebuah piala kemenangan.” Ia menyebut kejadian itu sebagai “momen paling kelam” dalam perjalanan kemanusiaan internasional yang seharusnya membawa pesan damai.
Tak berhenti di situ, Ikbal Gurpinar, presenter televisi asal Turki yang turut serta dalam armada GSF, juga memberikan kesaksian mengejutkan. Ia menggambarkan bagaimana para tentara Israel memperlakukan mereka seperti hewan. “Kami dibiarkan kelaparan selama tiga hari, tidak diberi air, dan terpaksa minum dari toilet. Suhu di ruang penahanan mencapai lebih dari 40 derajat Celsius. Kami hampir terbakar,” ucapnya dengan nada getir. Gurpinar menambahkan bahwa pengalaman tersebut memberinya pemahaman langsung tentang penderitaan rakyat Gaza yang selama ini hidup di bawah blokade brutal.
Sementara itu, aktivis asal Turki Aycin Kantoglu memberikan gambaran mengerikan mengenai kondisi penjara tempat mereka ditahan. Ia menyebut tembok penjara penuh dengan noda darah dan coretan pesan dari para tahanan sebelumnya. “Kami membaca nama-nama anak yang ditulis oleh para ibu di dinding. Saat itu kami benar-benar merasakan sepotong kecil dari penderitaan warga Palestina,” ujarnya lirih.
Sebanyak 137 orang penumpang yang dideportasi akhirnya mendarat di Istanbul pada Sabtu, termasuk 36 warga Turki dan aktivis dari berbagai negara seperti Amerika Serikat, Italia, Malaysia, Kuwait, Swiss, Tunisia, Libya, dan Yordania. Salah satu penumpang yang ikut serta adalah anggota parlemen Italia Arturo Scotto, yang turut menuntut penyelidikan internasional atas insiden kekerasan tersebut.
Menteri Luar Negeri Italia, Antonio Tajani, membenarkan bahwa 26 warga Italia telah dideportasi, sementara 15 orang lainnya masih ditahan oleh Israel untuk menjalani proses administrasi pemulangan. “Kami memantau situasi dengan sangat serius dan telah memanggil Duta Besar Israel untuk menjelaskan perlakuan terhadap warga negara kami,” tegas Tajani dalam pernyataannya.
Israel kini menghadapi gelombang kecaman internasional setelah melakukan pembajakan terhadap armada Global Sumud Flotilla yang membawa lebih dari 450 aktivis dan jurnalis. Berbagai organisasi HAM, termasuk Amnesty International dan Human Rights Watch, menilai tindakan tersebut sebagai pelanggaran hukum internasional dan bentuk nyata dari penindasan terhadap solidaritas global bagi rakyat Palestina.
Para pengamat menilai insiden ini menjadi bukti terbaru dari upaya Israel membungkam suara kemanusiaan dunia. “Ketika para aktivis damai seperti Greta Thunberg diperlakukan layaknya musuh negara, itu menandakan adanya ketakutan besar terhadap kebenaran,” ujar analis politik Timur Tengah, Dr. Mousa Hassan, dalam wawancara dengan Middle East Eye.
Armada Global Sumud Flotilla sendiri merupakan inisiatif internasional yang diluncurkan pada akhir Agustus 2025. Gerakan ini diikuti oleh puluhan kapal dari berbagai negara, membawa bantuan medis, bahan pangan, dan perlengkapan penting bagi warga Gaza yang telah hidup di bawah blokade Israel selama lebih dari satu dekade. Tujuannya sederhana: menyalurkan bantuan kemanusiaan secara langsung tanpa melalui otoritas Israel. Namun, aksi tersebut selalu mendapat perlawanan keras dari Tel Aviv.
Pembajakan GSF menegaskan kembali ilegalitas blokade Israel terhadap Gaza, yang selama ini memutus akses 2,3 juta penduduk Palestina dari kebutuhan dasar seperti makanan, air, dan obat-obatan. Banyak pihak menilai serangan terhadap flotilla kemanusiaan ini sebagai bentuk pelanggaran berat terhadap Konvensi Jenewa.
Dunia kini menanti tanggapan resmi dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan negara-negara besar atas laporan penyiksaan terhadap Greta Thunberg dan aktivis lainnya. Jika terbukti benar, maka insiden ini bisa memperdalam isolasi diplomatik Israel di mata komunitas internasional. (fntv)
Posting Komentar untuk "Greta Thunberg Disiksa Tentara Israel Setelah Armada Global Sumud Flotilla Dibajak: Dunia Internasional Mengecam Keras"