Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hari Kelima Pencarian Korban Ponpes Sidoarjo, Harapan dan Duka Menyatu



Framing NewsTV - Hari kelima pencarian korban reruntuhan musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, diwarnai dengan suasana harap bercampur duka. Puluhan keluarga korban masih bertahan di sekitar lokasi, menanti kepastian mengenai nasib kerabat mereka yang hingga kini belum ditemukan.

Banyak di antara mereka berharap tim penyelamat dapat segera memberikan kepastian. Tak sedikit pula yang mendesak agar diberi kesempatan ikut terlibat langsung dalam pencarian. Namun, permintaan tersebut ditolak oleh tim SAR karena alasan keselamatan.

Kepala Kantor SAR Surabaya, Nanang Sigit, menegaskan bahwa area reruntuhan masih sangat berisiko. “Kami memahami keresahan keluarga, tetapi keselamatan tetap nomor satu. Struktur bangunan yang ambruk masih rawan, sehingga hanya tim terlatih yang boleh masuk,” ujarnya dalam konferensi pers, Jumat (3 Oktober 2025).

Jumlah Korban Meninggal Bertambah Jadi 13 Orang
Menurut data resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), jumlah korban meninggal dunia akibat tragedi ambruknya musala ponpes tersebut telah bertambah menjadi 13 orang hingga Jumat (3/10/2025) pukul 18.30 WIB.
Nanang Sigit merinci kronologi penemuan korban di hari kelima pencarian. “Hari ini ditemukan lima korban. Pukul 07.30 korban pertama, korban kedua pukul 07.35, pukul 10.17 korban ketiga, pukul 11.16 korban keempat, pukul 14.00 korban kelima, pukul 17.15 korban keenam, pukul 17.20 korban ketujuh, dan terakhir pukul 17.30. Semuanya dalam kondisi meninggal dunia,” jelasnya.

Seluruh jenazah segera dibawa ke RSUD Sidoarjo menggunakan ambulans untuk proses identifikasi. Hingga berita ini diturunkan, baru lima jenazah yang berhasil diidentifikasi, sementara delapan lainnya masih berstatus Mr. X.

Data Korban yang Sudah Teridentifikasi
Berdasarkan laporan Kompas.com, berikut identitas lima korban yang sudah berhasil diidentifikasi:
  1. Maulana Ibrahimific (15 tahun), warga Bangkalan berdomisili di Surabaya.
  2. Mashudul Haq (14 tahun), asal Surabaya.
  3. Muhammad Sholeh (22 tahun), asal Bangka Belitung.
  4. Rafi Catur Okta Mulya (17 tahun), warga Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, Kota Surabaya.
  5. Mochammad Agus Ubaidillah (14 tahun), warga Kelurahan Morokrembangan, Kecamatan Krembangan, Kota Surabaya.
Sementara delapan korban lainnya masih tercatat sebagai Mr. X dan tengah menunggu hasil identifikasi lebih lanjut.

Fokus Pencarian di Titik Hitam
Proses pencarian kini difokuskan pada area yang disebut “titik hitam,” yakni lokasi yang diperkirakan masih terdapat banyak korban tertimbun. Tim SAR menerapkan kombinasi metode menggunakan lima unit crane untuk mengangkat puing besar, disertai pencarian manual oleh petugas yang masuk ke area sempit.

“Crane kami gunakan untuk mengangkat puing besar, sementara tim manual masuk ke celah sempit yang tidak bisa dijangkau alat berat,” ungkap Nanang.

Metode ini dilakukan dengan hati-hati mengingat kondisi struktur bangunan masih tidak stabil. Setiap pergerakan puing diawasi ketat agar tidak menimbulkan risiko tambahan baik bagi korban maupun petugas.

Ketegangan dengan Keluarga Korban
Meski upaya evakuasi terus dilakukan, suasana di lokasi sempat memanas. Beberapa keluarga korban terlibat adu argumen dengan petugas SAR. Mereka menuntut agar pencarian dipercepat, mengingat semakin lama waktu berjalan, semakin kecil kemungkinan korban ditemukan dalam keadaan selamat.

Petugas di lapangan tetap berusaha menenangkan keluarga dengan menjelaskan bahwa keselamatan tim penyelamat juga harus dijaga. Jika pencarian dilakukan terburu-buru tanpa memperhatikan keamanan, risiko runtuhan susulan bisa lebih besar dan membahayakan semua pihak.

Kondisi Psikologis Keluarga Korban
Suasana duka mendalam juga terlihat dari kondisi keluarga yang menunggu di posko darurat. Banyak dari mereka yang menangis histeris setiap kali ambulans datang membawa jenazah baru. Beberapa orang bahkan harus mendapat pendampingan khusus dari relawan untuk menjaga kondisi psikologisnya.

Wali santri yang kehilangan anaknya berharap agar proses identifikasi bisa segera dilakukan sehingga mereka dapat membawa pulang jenazah untuk dimakamkan secara layak. “Kami hanya ingin anak kami segera kembali, apapun keadaannya,” ucap salah seorang wali santri dengan mata berkaca-kaca.

Upaya Berkelanjutan Tim Gabungan
Hingga kini, tim gabungan yang terdiri dari Basarnas, TNI, Polri, pemadam kebakaran, PMI, dan relawan masih terus dikerahkan secara bergantian. Operasi pencarian dilakukan siang dan malam dengan dukungan peralatan pencahayaan serta logistik yang cukup.

Nanang menegaskan, semua pihak berkomitmen agar seluruh korban bisa ditemukan. “Kami tidak akan berhenti sebelum semua korban berhasil dievakuasi,” tegasnya.

Hari kelima pencarian korban runtuhnya musala Ponpes Al Khoziny memperlihatkan betapa besar perjuangan tim SAR dan beratnya duka keluarga korban. Dengan jumlah korban meninggal dunia yang sudah mencapai 13 orang, harapan dan doa terus dipanjatkan agar seluruh korban segera ditemukan.

Meski ketegangan sempat terjadi, petugas memastikan bahwa semua langkah diambil dengan penuh kehati-hatian demi keselamatan bersama. Tragedi ini sekaligus menjadi pengingat pentingnya standar keamanan dalam pembangunan fasilitas publik, terutama di lingkungan pendidikan. (fntv)

Posting Komentar untuk "Hari Kelima Pencarian Korban Ponpes Sidoarjo, Harapan dan Duka Menyatu"