Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

APBN 2025 Defisit Rp371,5 Triliun: Purbaya Pastikan Kondisi Fiskal Masih Terkendali dan Adaptif


Jakarta, Framing NewsTV - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa melaporkan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2025 mencatat defisit sebesar Rp371,5 triliun atau setara 1,56 persen terhadap PDB hingga akhir triwulan III. Meski menghadapi tekanan akibat turunnya harga komoditas global yang memengaruhi penerimaan pajak, kondisi fiskal Indonesia tetap terkendali. Purbaya menegaskan bahwa APBN 2025 masih adaptif dan kredibel dalam menjaga keseimbangan antara kebutuhan pemulihan ekonomi serta konsolidasi fiskal jangka menengah.

Defisit APBN 2025 Tercatat Rp371,5 Triliun
Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa melaporkan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 mencatat defisit sebesar Rp371,5 triliun atau setara 1,56 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) hingga 30 September 2025.

Menurutnya, meski terdapat pelemahan di beberapa sektor, APBN masih menunjukkan kinerja yang terjaga dan kredibel.

“Sampai dengan akhir triwulan III tahun 2025, kinerja APBN tetap terjaga dengan defisit 1,56 persen terhadap PDB dan keseimbangan primer yang positif,” ujar Purbaya dalam Konferensi Pers APBN KiTa Edisi Oktober 2025 di Jakarta, Selasa.

Defisit ini dinilai masih dalam batas aman dan terkendali, sesuai dengan target pemerintah untuk menjaga stabilitas fiskal di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Pendapatan Negara Turun Akibat Penurunan Harga Komoditas
Secara keseluruhan, pendapatan negara tercatat Rp1.863,3 triliun, atau sekitar 65 persen dari target APBN 2025. Angka ini mengalami penurunan 7,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2024, yang mencapai Rp2.008,6 triliun.

Purbaya menjelaskan bahwa penurunan ini disebabkan oleh melemahnya harga komoditas global, seperti batu bara dan minyak sawit, yang berdampak langsung pada penerimaan pajak, terutama di sektor migas dan pertambangan.

“Penurunan harga komoditas seperti batu bara dan sawit menyebabkan penerimaan PPh badan dan PPN dalam negeri sedikit tertahan. Namun, sektor manufaktur dan jasa masih memberikan kontribusi positif terhadap penerimaan,” ujar Purbaya.

Kinerja Perpajakan Masih Jadi Penopang Utama
Penerimaan perpajakan pada triwulan III 2025 tercatat sebesar Rp1.516,6 triliun, atau 63,5 persen dari proyeksi. Namun, realisasi ini terkoreksi 2,9 persen dari tahun sebelumnya.

Jika dirinci, penerimaan pajak turun 4,4 persen dengan total Rp1.295,3 triliun (62,4 persen dari target), sedangkan penerimaan kepabeanan dan cukai justru tumbuh 7,1 persen, mencapai Rp221,3 triliun (71,3 persen dari proyeksi).

Pertumbuhan di sektor kepabeanan dan cukai menunjukkan adanya aktivitas ekspor-impor yang masih dinamis, meski tekanan harga global menurun. Hal ini menjadi sinyal bahwa sektor perdagangan Indonesia tetap bergerak positif.

PNBP Melambat, Tapi Masih Jadi Penopang APBN
Selain perpajakan, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) juga berkontribusi signifikan dengan realisasi Rp344,9 triliun, atau 72,3 persen dari target tahunan.

Namun, angka ini menunjukkan perlambatan sebesar 19,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pelemahan ini dipicu oleh penurunan pendapatan dari royalti sumber daya alam (SDA) akibat harga komoditas yang lebih rendah dibandingkan 2024.

Meski begitu, pemerintah tetap menjaga stabilitas penerimaan melalui optimalisasi dividen BUMN dan peningkatan pengelolaan aset negara untuk menutup potensi kekurangan pendapatan.

Belanja Negara Tetap Terjaga dan Terukur
Dari sisi belanja, realisasi belanja negara mencapai Rp2.234,8 triliun, atau 63,4 persen dari target APBN 2025. Angka ini sedikit menurun 0,8 persen dari tahun sebelumnya, yang sebesar Rp2.251,8 triliun.

Rinciannya, belanja pemerintah pusat (BPP) tercatat Rp1.589,9 triliun atau 59,7 persen dari target, mengalami perlambatan 1,6 persen. Seluruh komponen belanja pemerintah pusat menunjukkan tren perlambatan, di mana belanja kementerian/lembaga (K/L) turun 0,3 persen menjadi Rp800,9 triliun dan belanja non-K/L menurun 2,9 persen menjadi Rp789 triliun.

Di sisi lain, transfer ke daerah (TKD) justru mencatat pertumbuhan positif sebesar 1,5 persen, mencapai Rp644,9 triliun atau 74,6 persen dari proyeksi.

Kenaikan ini mencerminkan komitmen pemerintah dalam memperkuat kapasitas fiskal daerah agar pemerataan pembangunan tetap berjalan.

Keseimbangan Primer Surplus, Sinyal Konsolidasi Fiskal Berlanjut
Dengan capaian tersebut, keseimbangan primer mencatat surplus Rp18 triliun, menandakan kondisi fiskal Indonesia masih dalam jalur konsolidasi.

Surplus ini menunjukkan bahwa pendapatan negara mampu menutup kebutuhan belanja non-bunga utang, yang menjadi indikator penting dalam menjaga keberlanjutan fiskal jangka menengah.

“Kinerja APBN 2025 mencerminkan konsolidasi fiskal yang berkelanjutan. Pemerintah tetap fokus menjaga keseimbangan antara dukungan terhadap pemulihan ekonomi dan keberlanjutan fiskal,” tegas Purbaya.

Kebijakan Fiskal 2025 Dinilai Tetap Adaptif dan Kredibel
Purbaya menambahkan, pemerintah tetap berupaya menjaga agar kebijakan fiskal tetap adaptif terhadap dinamika global, namun tetap kredibel dalam menjaga kepercayaan pasar dan investor.

Ia menekankan bahwa APBN 2025 dirancang untuk memastikan keseimbangan antara keberlanjutan ekonomi dan daya tahan fiskal menghadapi ketidakpastian global.

“Meski penerimaan menurun, APBN tetap menjadi instrumen penting untuk menjaga stabilitas, memperkuat sektor riil, dan mendukung penciptaan lapangan kerja,” jelasnya.

Menjaga Optimisme Fiskal di Tengah Tantangan Ekonomi Global
Dengan tren ekonomi global yang masih belum stabil akibat perlambatan ekonomi Tiongkok dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah, pemerintah berupaya memastikan APBN tetap menjadi penyangga utama dalam menjaga ketahanan ekonomi nasional.

Fokus pemerintah kini diarahkan pada optimalisasi belanja produktif, percepatan pembangunan infrastruktur, serta penguatan sektor industri dalam negeri untuk memperkuat fondasi pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Melalui berbagai langkah tersebut, pemerintah berharap dapat menjaga defisit fiskal dalam batas aman, sekaligus mempertahankan kepercayaan publik dan investor terhadap kredibilitas pengelolaan keuangan negara.

APBN 2025 Tetap Sehat dan Berdaya Tahan
Meskipun menghadapi tantangan berupa penurunan harga komoditas global, APBN 2025 tetap menunjukkan daya tahan yang baik.

Defisit yang masih terkendali, keseimbangan primer yang positif, serta pertumbuhan transfer ke daerah menjadi bukti bahwa pemerintah berhasil menjaga momentum pemulihan ekonomi sekaligus konsolidasi fiskal.

Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan bahwa langkah-langkah penyesuaian kebijakan fiskal akan terus dilakukan secara hati-hati agar APBN 2025 tetap menjadi instrumen vital dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional. (fntv)

Posting Komentar untuk "APBN 2025 Defisit Rp371,5 Triliun: Purbaya Pastikan Kondisi Fiskal Masih Terkendali dan Adaptif"