Presiden Prabowo Subianto Berziarah ke Makam Kakek-Neneknya di Belanda, Ungkap Jejak Leluhur dari Minahasa
Framing NewsTV - Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, membagikan momen yang penuh makna saat menjalani kunjungan kenegaraan di Kerajaan Belanda, Jum'at (26/9/2025). Di tengah kesibukannya menghadiri agenda resmi sebagai kepala negara, Prabowo menyempatkan diri berziarah ke makam kakek-neneknya yang dimakamkan di Negeri Kincir Angin.
Dalam unggahan di akun Facebook pribadinya, @prabowosubianto, ia menuliskan bahwa kunjungan tersebut dilakukan di Pemakaman Umum Oud Eik en Duinen, Den Haag. “Di sela-sela kunjungan resmi kenegaraan ke Kerajaan Belanda, saya menyempatkan diri berziarah ke pemakaman umum Oud Eik en Duinen di Den Haag,” tulis Prabowo dalam keterangan foto yang dibagikannya, Jum'at (26/9/2025).
Menurut Prabowo, kedua tokoh yang ia ziarahi adalah Phillip Frederik Laurens Sigar dan Cornelie Emilie Sigar, orang tua dari ibunya, Dora Marie Sigar. Mereka wafat dan dimakamkan di Belanda pada tahun 1946. “Di tempat ini, bersemayam Kakek dan Nenek saya — orang tua dari Ibu saya, Dora Marie Sigar — yaitu almarhum Phillip Frederik Laurens Sigar dan almarhumah Cornelie Emilie Sigar,” ujar Presiden ke-8 RI tersebut.
Sosok Kakek Prabowo: Phillip Frederik Laurens Sigar
Phillip Frederik Laurens Sigar lahir di Minahasa, Sulawesi Utara, pada akhir abad ke-19. Ia berasal dari keluarga besar Sigar yang dikenal memiliki hubungan erat dengan pemerintahan Hindia Belanda. Dari sisi pendidikan dan karier, Phillip Sigar meniti jalan sebagai seorang pejabat administrasi kolonial.
Phillip Frederik Laurens Sigar lahir di Minahasa, Sulawesi Utara, pada akhir abad ke-19. Ia berasal dari keluarga besar Sigar yang dikenal memiliki hubungan erat dengan pemerintahan Hindia Belanda. Dari sisi pendidikan dan karier, Phillip Sigar meniti jalan sebagai seorang pejabat administrasi kolonial.
Catatan sejarah menunjukkan bahwa ia pernah menjabat sebagai anggota Gemeenteraad (Dewan Kota) Manado pada periode 1920–1922. Setelah itu, Phillip diangkat menjadi Gewestelijk Secretaris atau Sekretaris Residen Manado pada 1922–1924. Posisi ini menempatkannya sebagai figur penting dalam birokrasi kolonial Belanda di Sulawesi Utara.
Latar belakang keluarga Sigar sendiri cukup menarik. Salah satu leluhur mereka, Benjamin Sigar, tercatat sebagai pasukan bantuan yang direkrut pemerintah Hindia Belanda dalam mendukung operasi militer, termasuk dalam Perang Jawa (1825–1830). Benjamin Sigar bahkan mendapat penghargaan Militaire Willems-Orde kelas 4 dari Kerajaan Belanda atas jasanya.
Dari sisi sejarah, warisan keluarga ini menunjukkan adanya keterhubungan yang erat dengan sistem pemerintahan kolonial, di tengah bangkitnya semangat nasionalisme Indonesia pada awal abad ke-20.
Cornelie Emilie Maengkom, Nenek Prabowo yang Elegan
Sementara itu, Cornelie Emilie Maengkom lahir pada tahun 1888 di Minahasa. Ia adalah putri dari Jan Eduard Maengkom, yang juga berasal dari keluarga Minahasa berstatus elite dengan keterkaitan erat terhadap tradisi Indo-Eropa pada masa kolonial.
Sementara itu, Cornelie Emilie Maengkom lahir pada tahun 1888 di Minahasa. Ia adalah putri dari Jan Eduard Maengkom, yang juga berasal dari keluarga Minahasa berstatus elite dengan keterkaitan erat terhadap tradisi Indo-Eropa pada masa kolonial.
Cornelie menikah dengan Phillip Sigar, dan dari pernikahan inilah lahir Dora Marie Sigar, ibu dari Prabowo Subianto. Kehidupan Cornelie tidak banyak tercatat secara rinci dalam arsip sejarah, namun ia dikenal sebagai bagian dari kelompok masyarakat Indo yang memiliki identitas ganda antara budaya Eropa dan Indonesia.
Dora Marie Sigar, Jembatan Dua Dunia
Perjalanan hidup Dora Marie Sigar mempertemukan dua garis keturunan penting: keluarga Sigar-Maengkom dari Minahasa, dan keluarga besar Djojohadikusumo yang sangat berpengaruh dalam dunia politik dan ekonomi Indonesia.
Perjalanan hidup Dora Marie Sigar mempertemukan dua garis keturunan penting: keluarga Sigar-Maengkom dari Minahasa, dan keluarga besar Djojohadikusumo yang sangat berpengaruh dalam dunia politik dan ekonomi Indonesia.
Dora kemudian menikah dengan Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo, seorang ekonom terkemuka yang pernah menjabat sebagai Menteri Perdagangan serta Menteri Riset di era Orde Baru. Dari pernikahan itu, lahirlah empat anak, salah satunya adalah Prabowo Subianto Djojohadikusumo, yang kini menjabat sebagai Presiden kedelapan Republik Indonesia.
Ziarah Prabowo, Antara Diplomasi dan Jejak Sejarah
Momen ziarah Prabowo di Belanda menjadi simbol keterhubungan sejarah keluarga besarnya dengan tanah Eropa, khususnya Belanda yang pernah menjajah Indonesia selama lebih dari tiga abad. Bagi sebagian masyarakat, fakta bahwa leluhur Prabowo berasal dari Minahasa dengan latar belakang birokrasi kolonial, sekaligus menunjukkan betapa kompleks dan beragamnya akar sejarah bangsa Indonesia.
Momen ziarah Prabowo di Belanda menjadi simbol keterhubungan sejarah keluarga besarnya dengan tanah Eropa, khususnya Belanda yang pernah menjajah Indonesia selama lebih dari tiga abad. Bagi sebagian masyarakat, fakta bahwa leluhur Prabowo berasal dari Minahasa dengan latar belakang birokrasi kolonial, sekaligus menunjukkan betapa kompleks dan beragamnya akar sejarah bangsa Indonesia.
Di sisi lain, langkah Prabowo untuk menyempatkan diri berziarah di tengah kunjungan kenegaraan juga menunjukkan sisi humanis seorang pemimpin negara. Ia tidak hanya hadir sebagai Presiden yang membawa misi diplomasi, tetapi juga sebagai seorang anak dan cucu yang menghormati leluhurnya.
Kunjungan ini pun menegaskan bahwa dalam diri Prabowo, tersimpan warisan panjang lintas budaya dan sejarah yang berkontribusi membentuk karakter kepemimpinannya saat ini. Dari Minahasa hingga Den Haag, dari birokrasi kolonial hingga panggung kepresidenan, kisah keluarga besar Prabowo adalah potret perjalanan sejarah yang tidak bisa dilepaskan dari dinamika bangsa Indonesia itu sendiri.(*)


Posting Komentar untuk "Presiden Prabowo Subianto Berziarah ke Makam Kakek-Neneknya di Belanda, Ungkap Jejak Leluhur dari Minahasa"