Demo Mahasiswa Ricuh: Tolak Perpanjangan Zamrun, Ungkap Skandal Mandat Fiktif, Gratifikasi dan Rekayasa Pilrek UHO!
Framing NewsTV, KENDARI — Suasana di Universitas Halu Oleo (UHO), Sulawesi Tenggara, kembali memanas. Kamis, (10/7/2025), ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) UHO Menggugat turun ke jalan memprotes keras perpanjangan masa jabatan Rektor Prof. Muhammad Zamrun Firihu yang dinilai cacat moral dan sarat konflik kepentingan.
Perpanjangan jabatan Prof. Zamrun berdasarkan Keputusan Mendiktisaintek No. 197/M/KEP/2025 tertanggal 2 Juli 2025, justru dinilai memperparah krisis integritas dan hukum di tubuh birokrasi kampus.
Ketua BEM FKIP UHO, Ferli Muhamad Nur, dengan lantang menyebut perpanjangan masa jabatan Zamrun sebagai bentuk pembiaran terhadap krisis etika dan hukum. “Mungkin sah secara administratif, tapi tidak patut secara moral dan etik akademik,” ujarnya saat memimpin aksi.
Ferli menyebut Prof Zamrun sebagai dalang dari hancurnya integritas kampus dalam Pemilihan Rektor UHO periode 2025–2029. Ia menegaskan bahwa berbagai pelanggaran seperti rekayasa administrasi, manipulasi politik kampus, dan malaadministrasi semuanya terjadi di bawah kendali Zamrun.
Dalam pernyataannya, Ferli menyoroti sejumlah pelanggaran berat dalam proses Pilrek UHO 2025. Mulai dari manipulasi pemilihan anggota senat, pengesahan statuta sepihak dan antidemokratis, hingga pengondisian calon rektor boneka demi melanggengkan kekuasaan.
“Proses Pilrek ini penuh intrik dan kecurangan. Tidak ada transparansi, hanya ambisi mempertahankan jabatan,” tegas Ferli.
Skandal lain yang mencuat adalah Surat Mandat fiktif yang ditandatangani Prof Zamrun. Dalam dokumen bernomor 2371/UN29/KP/2025, disebutkan adanya pelantikan Rektor UHO di Jakarta pada 1 Juli 2025.
Namun, fakta berkata lain. “Tidak ada undangan dari Kemendiktisaintek. Tidak ada agenda pelantikan! Ini kuat dugaan sebagai perjalanan dinas fiktif yang merugikan keuangan negara,” ujar Ferli.
Dalam aksi itu, KBM UHO Menggugat tak main-main. Mereka menyebut adanya indikasi pemalsuan dokumen, penyalahgunaan jabatan, gratifikasi, dan kerugian negara yang diduga melibatkan Prof Zamrun dan sejumlah pejabat internal kampus.
“Ini bukan sekadar pelanggaran etika. Kami menduga adanya kerja sama tertutup antara Rektor UHO, Dewas, dan Irjen Dikti. Audit yang dilakukan terindikasi palsu. Ini adalah bentuk nyata pengawasan semu,” kata Ferli.
Mahasiswa juga menyoroti bagaimana rapat pimpinan di UHO melenceng dari fungsi strategis. Alih-alih membahas program kampus, yang terjadi justru sesi keluh kesah dan pembelaan terhadap kekuasaan.
“Setelah menerima SK perpanjangan jabatan, Zamrun justru memperalat ruang pimpinan untuk membela diri dan menyalahkan pihak lain. Ini bukan sikap pemimpin akademik,” tegas Ferli.
Selain itu, aksi mahasiswa juga menyoroti adanya perubahan mendadak terhadap Plt. Biro di UHO yang dinilai sarat muatan politis. Penggantian posisi strategis ini dituding sebagai bagian dari konsolidasi kekuasaan Zamrun agar lebih leluasa memegang kendali kampus pasca-perpanjangan jabatan.
Melalui aksi damai tersebut, KBM UHO Menggugat mengajukan tuntutan keras: cabut segera SK perpanjangan jabatan Prof Zamrun dan tunjuk pelaksana tugas (Plt) rektor yang netral.
“Transisi kampus tidak boleh diisi oleh sosok yang sedang menghadapi persoalan hukum dan etika. Harus ada tokoh akademik bersih dan independen yang memimpin UHO,” ujar Ferli.
Lebih lanjut, mahasiswa juga mendesak dibentuknya Tim Investigasi Independen Nasional yang melibatkan KPK, Kejaksaan, dan Komnas HAM. Mereka ingin semua pelanggaran dalam Pilrek UHO dibongkar secara menyeluruh dan adil.
“Tangkap dan adili pelaku korupsi, pemalsuan dokumen, dan rekayasa Pilrek. Siapa pun yang terlibat—baik dari dalam maupun luar kampus—harus dimintai pertanggungjawaban hukum,” tegas Ferli di hadapan massa.
Dengan semangat membara, mahasiswa UHO menegaskan bahwa aksi ini bukan hanya untuk hari ini. Mereka berkomitmen terus mengawal proses transisi kampus agar bersih dari praktik korupsi, penyalahgunaan wewenang, dan nepotisme.
“Kami bukan sedang mencari sensasi. Ini adalah perjuangan memulihkan martabat dunia pendidikan tinggi yang telah tercoreng,” ujar mereka dalam penutup aksinya.
Kini semua mata tertuju pada Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi. Akankah ia tetap membiarkan Prof. Zamrun sebagai aktor utama terjadinya berbagai pelanggaran dalam proses pilrek untuk memimpin UHO? Ataukah keberanian mahasiswa ini akan menggugah perubahan?
Yang pasti, UHO sedang tidak baik-baik saja. Dan
perlawanan mahasiswa telah menjadi api yang membakar kepalsuan di balik jubah
akademik.***)