Pesan Teks Tersangka Pembunuh Charlie Kirk Picu Banjir Teori Konspirasi di AS
![]() |
| Foto menunjukkan Tyler Robinson, tersangka pembunuhan aktivis politik Charlie Kirk, ketika ia hadiri persidangan Distrik ke-4, Utah pada (16/9/1015) |
Framing NewsTV - Kasus pembunuhan aktivis sayap kanan Amerika Serikat, Charlie Kirk, kembali memanas setelah jaksa negara bagian Utah merilis pesan teks yang diduga berasal dari tersangka Tyler Robinson, pemuda berusia 22 tahun. Bukannya menjernihkan keadaan, publikasi pesan itu justru memicu gelombang teori konspirasi di media sosial, bahkan menyatukan kelompok kiri dan kanan yang biasanya selalu bertolak belakang.
Pesan yang dirilis pihak berwenang menampilkan Robinson seolah-olah mengakui perbuatannya kepada pasangan romantisnya. Namun, sejumlah pengguna media sosial langsung meragukan keaslian teks tersebut. Mereka menilai gaya bahasa dan isi percakapan tidak sesuai dengan anak muda berusia 22 tahun, serta terlalu detail untuk diungkapkan dalam pesan pribadi.
Keraguan ini kian membesar ketika sejumlah tokoh berpengaruh ikut bersuara. Matt Walsh, komentator sayap kanan dengan jutaan pengikut di platform X dan YouTube, menyebut pesan itu seperti naskah drama yang dibuat-buat untuk melindungi pasangan transgender Robinson. Sementara itu, Steve Bannon, mantan penasihat Presiden Donald Trump, menyebut pesan tersebut “terlalu kaku dan mirip naskah” untuk bisa dipercaya.
Menariknya, keraguan serupa juga datang dari kalangan progresif. Majid Padellan, influencer liberal yang dikenal dengan nama Brooklyn Dad Defiant, menegaskan bahwa tidak ada pemuda seusia Robinson yang menulis dengan gaya seperti itu. Komentator liberal lain, Joanne Carducci alias JoJoFromJerz, bahkan menyebut kasus ini sebagai momen langka di mana kubu kanan dan kiri sepakat: “Tidak ada yang percaya pesan teks ini, baik dari kiri maupun kanan.”
Polarisasi Politik dan Teori Konspirasi
Kasus ini memperlihatkan betapa dalamnya polarisasi politik di Amerika Serikat. Meski biasanya peristiwa besar memecah masyarakat ke dalam kubu ideologis, kali ini teori konspirasi justru menjadi “jembatan” lintas partisan. Eric Oliver, profesor ilmu politik dari Universitas Chicago, menjelaskan bahwa fenomena ini serupa dengan kasus Jeffrey Epstein maupun isu industri farmasi, di mana keraguan terhadap narasi resmi berhasil menembus batas ideologi.
Spekulasi semacam ini sebenarnya bukan hal baru. Sejumlah kasus penembakan massal di AS kerap melahirkan narasi alternatif yang beredar luas di dunia maya. Mulai dari penembakan massal di Las Vegas pada 2017, penembakan sekolah Parkland tahun 2018, hingga tragedi Uvalde pada 2022, semuanya memunculkan teori konspirasi yang menyebut pemerintah sengaja merekayasa serangan demi membatasi hak kepemilikan senjata.
Tidak hanya itu, insiden penembakan anggota parlemen Minnesota dan suaminya pada Juni lalu juga langsung dikaitkan dengan tuduhan politik. Ahli teori konspirasi menuduh pelaku adalah ekstremis sayap kiri yang bertindak atas perintah gubernur Demokrat Tim Walz. Padahal, fakta menunjukkan tersangka, Vance Boelter, justru memiliki pandangan konservatif yang kuat.
Narasi Resmi yang Terus Dipertanyakan
Hingga kini, Jaksa Wilayah Utah belum menanggapi gelombang spekulasi yang membanjiri media sosial. Namun, ketidakpercayaan publik terhadap pesan teks Robinson menunjukkan pola lama: setiap kali terjadi peristiwa besar yang memicu perhatian nasional, ruang digital di Amerika segera dipenuhi teori konspirasi.
Bagi sebagian orang, pesan teks Robinson hanyalah bukti tambahan dari narasi resmi. Tetapi bagi yang lain, pesan itu justru bukti rekayasa. Apa pun kebenarannya, fenomena ini kembali menegaskan bahwa di era media sosial, batas antara fakta dan opini semakin kabur — dan ruang bagi teori konspirasi semakin terbuka lebar.
Penulis: Rahman
Editor: Eka
.png)
Posting Komentar untuk "Pesan Teks Tersangka Pembunuh Charlie Kirk Picu Banjir Teori Konspirasi di AS"