Pemilihan Rektor UHO 2025-2029: Menteri Tumbang, Calon Zamrun Bersorak
Framing NewsTV - Pemilihan Rektor Universitas Halu Oleo (UHO) untuk periode 2025–2029 resmi digelar pada Senin, 16 Juni 2025, bertempat di lantai 4 Gedung Rektorat. Ajang ini menjadi peristiwa penting dan menentukan arah kepemimpinan kampus negeri terbesar di Sulawesi Tenggara untuk lima tahun ke depan. Namun, siapa sangka, pemilihan ini justru berakhir dengan kejutan besar yang mempermalukan salah satu tokoh penting di kementerian: Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Dalam pemungutan suara yang dilakukan secara tertutup oleh anggota senat dan perwakilan pemerintah (dalam hal ini wakil menteri), hasil akhir menunjukkan bahwa Prof. Armid keluar sebagai peraih suara terbanyak dengan 31 suara. Disusul Prof. Takdir Saili dengan 30 suara, dan Prof. Ruslin dengan 13 suara. Total suara yang masuk berjumlah 74, terdiri dari suara senat (49 suara) dan jatah suara kementerian sebesar 35% atau setara 26 suara.
Pada pemilihan sebelumnya yang berlangsung Kamis, 8 Mei 2025, hanya suara senat yang dihitung. Kala itu, Prof. Armid mendominasi dengan 32 suara, Prof. Ruslin meraih 11 suara, dan Prof. Takdir hanya mengantongi 4 suara. Namun saat pemilihan tahap kedua dengan masuknya suara kementerian, terjadi perubahan peta dukungan yang mengejutkan.
Wakil Menteri Ristekdikti, Prof. Fauzan, yang mewakili Menteri Prof. Brian Yuliarto, Ph.D., secara mengejutkan memberikan seluruh 26 suara kementerian kepada Prof. Takdir. Langkah ini sontak mengundang banyak pertanyaan dan kontroversi.
Bagaimana mungkin seorang calon yang hanya memiliki 4 suara senat bisa mendapatkan dukungan penuh dari kementerian?
Dengan tambahan suara menteri, total suara Prof. Takdir melonjak menjadi 30 suara. Namun, hal itu belum cukup untuk menumbangkan dominasi Prof. Armid, yang meskipun kehilangan satu suara karena salah satu pendukungnya sedang melaksanakan ibadah haji, tetap unggul dengan total 31 suara. Prof. Ruslin, meski mengalami kenaikan suara menjadi 13, tidak masuk dalam dua besar persaingan.
Salah seorang anggota senat yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan pengamatan menarik saat proses pemungutan suara berlangsung. Ia menyebut bahwa Wakil Menteri Ristekdikti, Prof. Fauzan, tampak menunjukkan gestur tubuh yang tidak biasa. Saat hendak memasukkan kertas suara menteri ke dalam kotak suara, tangannya terlihat gemetar, seolah-olah sedang mengalami tekanan psikologis yang cukup besar. Menurutnya, ekspresi wajah dan gerak tubuh Prof. Fauzan mencerminkan ketidaknyamanan, bahkan terkesan ragu dan gelisah.
"Tampak jelas ada kegugupan, seperti seseorang yang sedang melakukan sesuatu yang tidak sepenuhnya ia yakini," ujar anggota senat tersebut.
Situasi ini memunculkan spekulasi bahwa sang wakil menteri mungkin berada di bawah tekanan dalam mengambil keputusan, atau bahkan menghadapi dilema internal dalam menentukan arah dukungan suara kementerian pada pemilihan Rektor UHO kali ini.
Di sisi lain, kemenangan Prof. Armid jagoan Rektor UHO Prof. Muhammad Zamrun bersama pendukungnya bersorak dan menyambut hasil ini sebagai bentuk konsistensi dukungan dari senat. Sementara itu, manuver kementerian yang tampak ingin mengintervensi hasil pemilihan justru berbalik menjadi bumerang.
Seorang dosen senior UHO, yang enggan disebutkan namanya, menyampaikan kritik tajam terhadap keputusan kementerian tersebut. Ia mempertanyakan dasar penilaian menteri dalam memberikan dukungan secara penuh kepada calon yang nyaris tak mendapat suara dari senat.
“Logikanya di mana? Masa suara 35 persen dari menteri diberikan ke calon yang cuma dapat 4 suara senat? Ini sangat tidak rasional. Seharusnya menteri bisa membaca peta dukungan dulu, minimal calon itu punya basis dukungan 20 persen di senat, baru bisa dipertimbangkan,” ungkapnya.
Ia menambahkan, jika keputusan tersebut tidak berdasar dan bahkan dicurigai sarat kepentingan tertentu, maka bisa saja muncul dugaan adanya manuver transaksional yang merusak marwah kampus.
"Kalau dalam Pilrek ini ada transaksional, sungguh berbahaya. Ini bisa merusak masa depan perguruan tinggi," lanjutnya.
Pemilihan Rektor UHO periode 2025–2029 meninggalkan kisah penuh dinamika sekaligus pelajaran penting bagi dunia pendidikan tinggi di Indonesia. Di balik hasil akhir yang mengejutkan, tersirat kenyataan pahit bagi pihak kementerian: kalah oleh kekuatan suara senat kampus.
Namun demikian, muncul pula sorotan kritis terhadap proses pembentukan senat yang disebut-sebut tidak sepenuhnya mencerminkan demokrasi kampus yang sehat, dengan dugaan kuat adanya pengaruh besar dari Rektor sebelumnya, Prof. Muhammad Zamrun. (fntv)