Analisis Retorika dan Gaya Komunikasi Presiden Prabowo: Tegas, Lugas, dan Berorientasi pada Kerja Nyata
Muhammad Zein Abdullah
email: muhammad.zein@uho.ac.id
Dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Halu Oleo
ABSTRAK
Gaya komunikasi kepemimpinan merupakan
faktor penting dalam efektivitas pemerintahan, terutama bagi seorang presiden.
Prabowo Subianto, sebagai Presiden Indonesia, memperlihatkan gaya komunikasi
yang tegas, lugas, dan berorientasi pada aksi nyata. Pidato pelantikannya pada
20 Oktober 2024 serta berbagai pernyataannya dalam rapat kabinet menunjukkan
karakter kepemimpinan yang kuat dan berwibawa. Artikel ini menganalisis
retorika dan gaya komunikasi Presiden Prabowo dengan pendekatan teori
komunikasi politik dan linguistik, termasuk perspektif Communicology serta
teori dari Wodak dan Meyer (2001). Kajian ini menunjukkan bahwa retorika yang
digunakan Presiden Prabowo mengandung unsur kepemimpinan yang otoritatif,
transparan, dan transformatif, yang dapat berpengaruh terhadap efektivitas
kebijakan dan implementasinya.
Kata Kunci: Retorika, Gaya Komunikasi, Kepemimpinan, Prabowo Subianto, Politik
PENDAHULUAN
Retorika dan gaya komunikasi seorang
pemimpin memiliki peran krusial dalam membentuk citra dan efektivitas
kepemimpinannya. Dalam konteks politik Indonesia, Presiden Prabowo Subianto
dikenal dengan pendekatan komunikasinya yang tegas, lugas, dan berorientasi
pada kerja nyata. Gaya komunikasi ini tidak hanya mencerminkan kepribadiannya
tetapi juga strategi politik yang dirancang untuk membangun kepercayaan dan
kredibilitas di mata publik.
Prabowo Subianto, sebelum terjun ke dunia politik, memiliki latar belakang militer yang kuat, mencapai pangkat Letnan Jenderal dan menjabat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad). Pengalaman militernya membentuk karakter dan pendekatan komunikasinya yang disiplin dan langsung pada inti permasalahan. Sebagai seorang komunikator politik, Prabowo sering menggunakan bahasa yang sederhana namun kuat, memastikan pesannya dapat dipahami oleh berbagai lapisan masyarakat.
Dalam berbagai kesempatan, Prabowo menunjukkan kemampuan retorika yang efektif dengan memanfaatkan elemen ethos, pathos, dan logos. Ethos terlihat dari upayanya membangun citra sebagai pemimpin yang kredibel dan berintegritas. Pathos tercermin dalam kemampuannya membangkitkan emosi audiens melalui penyampaian yang penuh semangat dan keyakinan. Sementara itu, logos tampak dalam argumen-argumen logis yang disampaikan untuk mendukung kebijakan dan visinya.
Pendekatan komunikasinya yang tegas dan lugas juga terlihat dalam penggunaan bahasa yang langsung dan tanpa basa-basi. Hal ini mencerminkan kepribadiannya yang berorientasi pada tindakan dan hasil konkret. Gaya komunikasi semacam ini dirancang untuk menunjukkan komitmennya terhadap kerja nyata dan keinginannya untuk membawa perubahan positif bagi negara.
Selain itu, Prabowo juga menunjukkan kemampuan adaptasi dalam gaya komunikasinya. Dalam beberapa kesempatan, ia tampil lebih santai dan humoris, menunjukkan sisi humanis yang berbeda dari citra tegas yang selama ini melekat padanya. Perubahan ini menunjukkan fleksibilitasnya dalam berkomunikasi dan kemampuannya menyesuaikan diri dengan audiens yang berbeda.
Gaya komunikasi Prabowo yang berorientasi pada kerja nyata juga tercermin dalam fokusnya pada isu-isu praktis dan solusi konkret. Dalam pidato dan debat, ia sering menekankan pentingnya tindakan nyata dan hasil yang dapat diukur, daripada retorika kosong atau janji-janji yang tidak realistis. Pendekatan ini dirancang untuk menunjukkan komitmennya terhadap efisiensi dan efektivitas dalam pemerintahan.
Dalam analisis komunikasi politik, gaya komunikasi yang tegas dan lugas seperti yang ditunjukkan oleh Prabowo dapat meningkatkan persepsi publik terhadap kredibilitas dan kompetensi seorang pemimpin. Namun, penting juga untuk menyeimbangkan antara ketegasan dan empati, memastikan bahwa pesan yang disampaikan tidak hanya jelas dan langsung, tetapi juga mempertimbangkan perasaan dan perspektif audiens.
Secara keseluruhan, retorika dan gaya komunikasi Presiden Prabowo Subianto mencerminkan kombinasi antara disiplin militer, adaptabilitas, dan fokus pada hasil nyata. Pendekatan ini dirancang untuk membangun kepercayaan dan kredibilitas di mata publik, menunjukkan komitmennya terhadap pelayanan publik yang efektif dan efisien.
Pada 20 Oktober 2024, Prabowo Subianto resmi dilantik sebagai Presiden Indonesia dan menyampaikan pidato pelantikannya yang menyoroti berbagai isu strategis seperti korupsi, kemiskinan, lapangan kerja, dan swasembada pangan. Pidato tersebut membangkitkan optimisme masyarakat terhadap pemerintahan yang akan berjalan dalam lima tahun ke depan. Tidak lama setelah pelantikan, Presiden Prabowo segera melantik jajaran kabinetnya dan mengadakan rapat kabinet perdana. Dalam rapat tersebut, ia menegaskan pentingnya kerja keras bagi para menteri dan pejabat pemerintahan dengan pernyataan yang mencerminkan ketegasan dan komitmennya.
Pernyataan seperti "tidak ada orang di sini yang kebal" serta "copot segera" menunjukkan gaya komunikasi yang tidak bertele-tele dan langsung ke inti persoalan. Dengan latar belakang militer, gaya komunikasi Prabowo cenderung tegas dan berorientasi pada tindakan.
Dengan memahami dan menganalisis gaya komunikasi ini, kita dapat memperoleh wawasan yang lebih dalam tentang strategi politik dan kepemimpinan yang diterapkan oleh Presiden Prabowo, serta dampaknya terhadap persepsi publik dan dinamika politik di Indonesia.
PEMBAHASAN
Gaya Komunikasi Prabowo: Tegas, Lugas, dan Otoritatif
Presiden Prabowo Subianto dikenal dengan gaya komunikasinya yang tegas, lugas, dan otoritatif. Latar belakang militernya sebagai mantan Letnan Jenderal TNI AD mempengaruhi cara beliau menyampaikan pesan kepada publik. Dalam berbagai pidato dan pernyataan, Prabowo sering menggunakan bahasa yang langsung dan tanpa basa-basi, mencerminkan pendekatan yang berorientasi pada tindakan dan hasil nyata. Gaya komunikasi ini dirancang untuk menunjukkan komitmennya terhadap efisiensi dan efektivitas dalam pemerintahan.
Selain itu, Prabowo juga menunjukkan kemampuan adaptasi dalam gaya komunikasinya. Dalam beberapa kesempatan, ia tampil lebih santai dan humoris, menunjukkan sisi humanis yang berbeda dari citra tegas yang selama ini melekat padanya. Perubahan ini menunjukkan fleksibilitasnya dalam berkomunikasi dan kemampuannya menyesuaikan diri dengan audiens yang berbeda.
Gaya komunikasi Prabowo yang berorientasi pada kerja nyata juga tercermin dalam fokusnya pada isu-isu praktis dan solusi konkret. Dalam pidato dan debat, ia sering menekankan pentingnya tindakan nyata dan hasil yang dapat diukur, daripada retorika kosong atau janji-janji yang tidak realistis. Pendekatan ini dirancang untuk menunjukkan komitmennya terhadap efisiensi dan efektivitas dalam pemerintahan.
Dalam analisis komunikasi politik, gaya komunikasi yang tegas dan lugas seperti yang ditunjukkan oleh Prabowo dapat meningkatkan persepsi publik terhadap kredibilitas dan kompetensi seorang pemimpin. Namun, penting juga untuk menyeimbangkan antara ketegasan dan empati, memastikan bahwa pesan yang disampaikan tidak hanya jelas dan langsung, tetapi juga mempertimbangkan perasaan dan perspektif audiens.
Gaya komunikasi Prabowo tercermin dari penggunaan bahasa yang langsung, tanpa banyak eufemisme, serta menunjukkan kepemimpinan yang kuat. Menurut Wodak dan Meyer (2001), bahasa memiliki keterkaitan erat dengan kekuasaan, karena bahasa digunakan untuk menegaskan otoritas dan membangun persepsi terhadap pemimpin. Dalam hal ini, komunikasi Presiden Prabowo menggambarkan sikap kepemimpinan yang hierarkis dan disiplin, yang sesuai dengan latar belakang militernya.
Pendekatan komunikasi yang digunakan oleh Prabowo dapat dikategorikan dalam struktur komunikasi militer yang dijelaskan oleh Zulean (2005), yaitu: (1) Hierarkis: Setiap individu dalam pemerintahan memiliki posisi dan peran yang jelas. (2) Ketaatan terhadap aturan: Tidak ada kompromi terhadap disiplin dan tanggung jawab. (3) Konsistensi dalam aksi: Setiap pernyataan yang diungkapkan diikuti dengan tindakan nyata.
Secara keseluruhan, retorika dan gaya komunikasi Presiden Prabowo Subianto mencerminkan kombinasi antara disiplin militer, adaptabilitas, dan fokus pada hasil nyata. Pendekatan ini dirancang untuk membangun kepercayaan dan kredibilitas di mata publik, menunjukkan komitmennya terhadap pelayanan publik yang efektif dan efisien.
Retorika dalam Pidato dan Arahan Presiden
Retorika merupakan seni berbicara yang efektif untuk meyakinkan atau mempengaruhi audiens. Presiden Prabowo Subianto memanfaatkan retorika dengan baik dalam pidato dan arahannya. Ia sering menggunakan struktur kalimat yang jelas dan teratur, dengan penekanan pada kata-kata kunci yang ingin disampaikan. Hal ini membantu audiens memahami inti pesan dengan lebih mudah.
Selain itu, Prabowo juga menggunakan analogi dan metafora untuk menjelaskan konsep yang kompleks dengan cara yang lebih sederhana. Misalnya, dalam pidatonya, ia pernah mengibaratkan pembangunan bangsa seperti membangun rumah yang kokoh, di mana setiap elemen harus bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Penggunaan analogi semacam ini membantu audiens memahami pesan dengan lebih baik dan menciptakan kesan yang mendalam.
Prabowo juga sering menggunakan repetisi atau pengulangan kata dan frasa tertentu untuk menekankan poin penting. Misalnya, ia mungkin mengulangi kata "kerja nyata" beberapa kali dalam pidatonya untuk menekankan pentingnya tindakan konkret dalam pemerintahan. Teknik ini efektif untuk memastikan bahwa pesan utama tertanam dalam benak audiens.
Dalam pidato-pidatonya, Prabowo juga menunjukkan kemampuan untuk membangkitkan emosi audiens. Ia sering menggunakan nada suara yang penuh semangat dan ekspresi wajah yang serius untuk menekankan urgensi atau pentingnya suatu isu. Hal ini membantu menciptakan ikatan emosional dengan audiens dan meningkatkan efektivitas pesan yang disampaikan.
Pidato pelantikan dan arahan dalam rapat kabinet pertama menegaskan prinsip kerja nyata yang diusung oleh Prabowo. Analisis retoris terhadap pidatonya menunjukkan bahwa Prabowo menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat luas, serta menghindari jargon yang rumit. Hal ini sesuai dengan teori Communicology yang menekankan bahwa komunikasi kepemimpinan harus dapat menyampaikan pesan secara efektif agar mudah dipahami dan diterima oleh khalayak.
Scacco & Coe (2016) menegaskan bahwa komunikasi presiden harus mencerminkan nilai-nilai transparansi, keterbukaan, dan informasi yang jelas. Dalam konteks Prabowo, retorika yang digunakan menekankan prinsip kepemimpinan yang informatif dan transformatif. Penggunaan kalimat imperatif seperti "copot segera" menunjukkan sikap otoritatif yang menegaskan bahwa presiden tidak ragu mengambil tindakan jika ada anggota kabinet yang tidak bekerja sesuai harapan.
Dengan demikian, retorika yang digunakan oleh Presiden Prabowo Subianto dalam pidato dan arahannya menunjukkan pemahaman yang mendalam tentang seni komunikasi. Dengan memanfaatkan berbagai teknik retorika, ia mampu menyampaikan pesan dengan cara yang jelas, meyakinkan, dan mempengaruhi audiensnya.
Dampak Gaya Komunikasi terhadap Persepsi Publik dan Pemerintahan
Gaya komunikasi Presiden Prabowo Subianto yang tegas, lugas, dan otoritatif memiliki dampak signifikan terhadap persepsi publik dan kinerja pemerintahan. Publik cenderung melihatnya sebagai pemimpin yang tegas dan berkomitmen terhadap tindakan nyata, yang dapat meningkatkan kepercayaan dan dukungan masyarakat.
Namun, gaya komunikasi yang terlalu otoritatif juga dapat menimbulkan persepsi negatif jika tidak diimbangi dengan empati dan keterbukaan. Beberapa pihak mungkin merasa bahwa pendekatan yang terlalu tegas dapat mengabaikan aspirasi atau masukan dari berbagai kalangan. Oleh karena itu, penting bagi Presiden untuk menyeimbangkan antara ketegasan dan keterbukaan dalam komunikasinya.
Dalam konteks pemerintahan, gaya komunikasi yang jelas dan langsung dapat membantu dalam penyampaian kebijakan dan instruksi kepada aparat pemerintah. Hal ini dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas implementasi kebijakan, karena pesan yang disampaikan mudah dipahami dan diikuti.
Komunikasi kepemimpinan yang tegas dan lugas dapat memengaruhi persepsi publik terhadap efektivitas pemerintahan. Berdasarkan survei Indikator Politik Indonesia 2024, 85,3 persen responden memiliki keyakinan bahwa Prabowo akan memimpin Indonesia dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa gaya komunikasi yang diterapkan oleh Prabowo memberikan efek positif terhadap kepercayaan masyarakat.
Namun, di sisi lain, gaya komunikasi yang terlalu tegas dan minim eufemisme dapat menimbulkan resistensi dari kalangan tertentu. Oleh karena itu, diperlukan keseimbangan dalam penyampaian pesan agar tetap efektif tanpa menimbulkan kesalahpahaman di antara pemangku kepentingan.
KESIMPULAN
Gaya komunikasi dan retorika kepemimpinan
Presiden Prabowo Subianto mencerminkan karakter yang tegas, lugas, dan
berorientasi pada kerja nyata. Dengan latar belakang militer, Prabowo
menunjukkan otoritasnya melalui penggunaan bahasa yang langsung dan tanpa
basa-basi, yang sejalan dengan teori komunikasi kekuasaan dari Wodak dan Meyer
(2001). Pendekatan ini bertujuan untuk memastikan efektivitas pemerintahan
serta transparansi dalam pengambilan keputusan.
Analisis terhadap pidato pelantikan dan arahan dalam rapat kabinet pertama menunjukkan bahwa gaya komunikasi ini mendukung upaya Presiden dalam membangun pemerintahan yang kuat dan efektif. Meskipun ada potensi resistensi dari pihak tertentu, hasil survei menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat memiliki optimisme terhadap kepemimpinan Prabowo.
Sebagai kesimpulan, gaya komunikasi kepemimpinan yang tegas dan lugas dapat menjadi keunggulan bagi pemerintahan Prabowo jika dikelola dengan baik. Transparansi, konsistensi, dan efektivitas dalam penyampaian pesan akan menjadi kunci keberhasilan dalam menjalankan roda pemerintahan yang dipercaya oleh rakyat Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Scacco, J. M., & Coe, K. (2016). The Ubiquitous Presidency: Presidential Communication and Digital Democracy in the 21st Century. Oxford University Press.
Wodak,
R., & Meyer, M. (2001). Methods of Critical Discourse Analysis. SAGE
Publications.
Zulean,
M. (2005). Military Culture and Decision-Making: An Institutional Analysis.
Journal of Political and Military Sociology.
Indikator
Politik Indonesia. (2024). Survei Kepercayaan Publik terhadap Pemerintahan
Presiden Prabowo. Jakarta.
Posting Komentar untuk "Analisis Retorika dan Gaya Komunikasi Presiden Prabowo: Tegas, Lugas, dan Berorientasi pada Kerja Nyata"