Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Netanyahu Sentil Pidato Prabowo di PBB, Menlu Sugiono Tegas Angkat Suara Soal Palestina



Framing NewsTV - Aula Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York kembali menjadi sorotan dunia pada Sidang Umum ke-80. Kali ini bukan hanya karena pidato Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang menuai banyak kritik, tetapi juga karena ia secara terbuka menyinggung pidato Presiden Indonesia, Prabowo Subianto. Menyebut Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Netanyahu mengatakan dirinya “mencatat dengan seksama” pesan penuh semangat yang disampaikan Prabowo dalam sesi Debat Umum.

Pernyataan Netanyahu tersebut memicu perhatian publik internasional, mengingat hubungan Indonesia dan Israel tidak memiliki ikatan diplomatik resmi, serta posisi Indonesia yang tegas mendukung kemerdekaan Palestina. Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia, Sugiono, yang hadir mendampingi Presiden Prabowo di Markas Besar PBB, segera memberikan tanggapan. Ia menegaskan bahwa sikap Indonesia konsisten: setiap visi mengenai perdamaian atau kerja sama di Timur Tengah harus dimulai dengan pengakuan terhadap kemerdekaan dan kedaulatan Palestina.

Menlu Sugiono: Visi Harus Dimulai dari Kemerdekaan Palestina

Menlu Sugiono menolak berspekulasi lebih jauh terkait pernyataan Netanyahu. “Itu posisinya dia, saya jangan ditanya,” ujarnya singkat kepada wartawan. Namun ia menegaskan kembali garis diplomasi Indonesia yang tidak berubah sejak era Presiden pertama Soekarno hingga kini: mendukung hak-hak bangsa Palestina.

Menurut Sugiono, Indonesia tidak akan terlibat dalam pembicaraan apa pun yang menyingkirkan esensi pengakuan terhadap Palestina. “Jadi, visi apa pun itu harus dimulai dari situ. Kita tidak akan berbicara yang lain-lain selain pertama ya ada recognition terhadap kemerdekaan dan kedaulatan Palestina, dan itu yang akan kita lakukan,” tegasnya. Sikap tegas ini memperlihatkan bahwa pemerintah Indonesia tidak akan bergeser dari prinsip dasar politik luar negeri bebas-aktif yang menolak segala bentuk penjajahan.

Netanyahu Sentil Prabowo, Bawa Narasi “Masa Depan Timur Tengah”

Dalam pidatonya, Netanyahu mencoba membangun narasi optimistis tentang masa depan Timur Tengah. Ia mengatakan bahwa banyak pemimpin Arab dan Muslim yang berpikiran maju sebenarnya sadar bahwa bekerja sama dengan Israel dapat membawa manfaat besar, khususnya dalam teknologi pertanian, sains, kedokteran, pertahanan, kecerdasan buatan, dan sumber daya air.

“Dan saya mencatat, seperti halnya Anda juga pasti mencatat, kata-kata yang penuh semangat yang disampaikan di sini oleh Presiden Indonesia. Ini adalah negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia. Dan ini juga merupakan pertanda tentang apa yang bisa terjadi di masa depan,” ucap Netanyahu. Ia bahkan memprediksi bahwa dalam beberapa tahun ke depan, Timur Tengah akan berubah drastis, di mana pihak-pihak yang saat ini menentang Israel akan tergantikan oleh para “pembawa damai yang berani.”

Klaim Netanyahu Soal Bantuan ke Gaza

Selain menyinggung Prabowo, Netanyahu juga kembali membantah tuduhan genosida dan kejahatan kemanusiaan yang diarahkan kepada Israel. Ia menyatakan bahwa Israel tidak pernah berniat membuat rakyat Gaza kelaparan. Bahkan, Netanyahu mengklaim negaranya telah mengirim lebih dari 2 juta ton makanan ke Gaza setiap harinya, setara dengan 3.000 kalori per orang per hari.

“Jika ada warga Gaza yang tidak mendapat cukup makanan, itu karena Hamas yang mencurinya. Hamas mencuri, mengimpor, dan menjualnya dengan harga yang sangat tinggi,” klaim Netanyahu. Narasi ini berulang kali ia sampaikan di berbagai forum internasional untuk menangkis tuduhan bahwa Israel menggunakan kelaparan sebagai senjata perang.

Namun klaim tersebut bertolak belakang dengan laporan di lapangan. Data dari Kementerian Kesehatan Gaza pada awal September 2025 mencatat 404 orang meninggal akibat malnutrisi, termasuk 141 anak. Bahkan hanya dalam 24 jam terakhir sebelum laporan itu dirilis, lima orang tewas akibat kelaparan, salah satunya anak-anak. Situasi semakin memburuk karena blokade yang diperketat Israel sejak Maret 2025.

Fakta Lapangan: Krisis Kemanusiaan Gaza

Realitas yang terjadi di Gaza memperlihatkan kondisi yang jauh berbeda dari klaim Netanyahu. Sepanjang Agustus 2025 saja, sebanyak 185 orang meninggal akibat kelaparan, menjadi rekor tertinggi dalam sebulan sejak blokade diperketat. Selain korban jiwa, otoritas setempat mencatat ada 43.000 balita serta lebih dari 55.000 ibu hamil dan menyusui yang mengalami malnutrisi akut.

Krisis pangan di Gaza bukan hanya persoalan angka, tetapi mencerminkan tragedi kemanusiaan yang mendalam. Banyak keluarga terpaksa hanya makan satu kali sehari dengan porsi minim, sementara anak-anak mengalami gangguan pertumbuhan. Kondisi ini diperburuk oleh hancurnya infrastruktur kesehatan akibat serangan udara, membuat akses terhadap gizi dan layanan medis semakin terbatas.

Konteks Diplomatik: Indonesia, Palestina, dan Dunia

Pernyataan Netanyahu yang menyinggung Prabowo Subianto dalam forum PBB jelas memperlihatkan bagaimana suara Indonesia mendapat perhatian internasional. Sebagai negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, posisi Indonesia sangat strategis dalam isu Palestina. Dukungan vokal Indonesia terhadap kemerdekaan Palestina sejak lama dianggap sebagai simbol solidaritas global.

Dengan menegaskan kembali sikapnya, Menlu Sugiono mengirim pesan kuat: bahwa Indonesia tidak akan goyah dalam perjuangan diplomatik membela Palestina, meskipun ada upaya Israel untuk menggeser narasi. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa diplomasi Indonesia tetap konsisten di tengah dinamika geopolitik yang berubah cepat di Timur Tengah.

Pidato Benjamin Netanyahu di Sidang Umum PBB kali ini tidak hanya memicu perdebatan mengenai konflik Gaza, tetapi juga membuka babak baru dalam interaksi diplomatik antara Israel dan Indonesia. Dengan menyinggung langsung pidato Presiden Prabowo Subianto, Netanyahu seolah mengakui bobot politik Indonesia di mata dunia Muslim. Namun, tanggapan tegas Menlu Sugiono memperlihatkan bahwa Indonesia tidak akan terjebak dalam narasi Israel yang mengabaikan akar permasalahan: kemerdekaan Palestina.

Krisis kemanusiaan di Gaza yang terus memburuk tetap menjadi bukti nyata yang berlawanan dengan klaim Netanyahu. Di sisi lain, suara Indonesia semakin diperhitungkan, bukan hanya sebagai negara besar di Asia Tenggara, tetapi juga sebagai kekuatan moral yang konsisten membela hak bangsa Palestina di forum internasional. (*)


Posting Komentar untuk "Netanyahu Sentil Pidato Prabowo di PBB, Menlu Sugiono Tegas Angkat Suara Soal Palestina"